Kondisi Georafi dan Kependudukan Kabupaten Mimika merupakan salah satu kabupaten yang relatif masih muda di Propinsi Papua -sebelumnya menjadi bagian dari Kabupaten Fak-Fak - mempunyai luas wilayah sebesar 19.592 km2. Menurut data BPS Mimika tahun 2009, penduduk Kabupaten Mimika berjumlah 189.413 orang dengan komposisi 110.116 laki-laki dan 79.297 perempuan, tersebar di 85 kampung yang berlokasi di 12 distrik (kecamatan). Wilayah Kabupaten Mimika memiliki topografi dataran tingi dan dataran rendah
Hasil Susenas 2009 menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga yang mempunyai akses terhadap suplai air minum non-perpipaan terlindungi di Propinsi Papua baru mencapai 34,75 % dan pelayanan air perpipaan baru mencapai 11,96 %. Hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan adanya sedikit kenaikan akses terhadap layanan air perpipaan (PAM) di Propinsi Papua menjadi 15,9 %, sementara air minum non-perpipaan terlindungi baru mencapai 42,5 %. Sedangkan di bidang sanitasi, baru sekitar 43,1 % yang tempat pembuangan akhhir tinjanya adalah tangki septik dan 2,1 % SPAL, sisanya (54,8%) menjadikan sungai, kolam, sawah, kebun dan lubang galian sebagai tempat pembuangan akhir tinja.
Sepertiga (32,73 %) penduduk Kabupaten Mimika masih hidup di bawah garis kemiskinan, sekitar 23 % belum mempunyai akses terhadap listrik, 42,35 % desa tidak memiliki akses penghubung yang memadai dan sekitar 44,04 % penduduk belum mendapatkan akses terhadap air bersih (sumber: Food security and Vulnerability Atlas, WFP, 2009).
Hasil Survei baseline yang dilakukan pada tahun 2008 oleh PCI di kluster IPAYA, Manasari, Amungun/Aramsolki, Tsinga dan Aronaop menunjukkan bahwa hanya 52 % responden di daerah pesisir yang bisa memperoleh air bersih dengan mudah dan hanya 24,3 % yang sudah mempunyai jamban
Survei tersebut juga menemukan bahwa hanya 2,7 % ibu Baduta di daerah pesisir dan 20 % ibu Baduta di daerah gunung yang sudah membuang tinja anak Balita ke jamban. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir pada saat-saat penting masih sangat jarang dilakukan oleh ibu Baduta yang menjadi responden dalam Survei tersebut. Hanya 3,4 % ibu yang mencuci tangannya setelah BAB; 4,5 % mencuci tangan setelah menceboki anak dan 2,2 % sebelum menyuapi anak.
Khusus untuk daerah IPAYA, sumber utama air minum adalah air hujan. Dari hasil pendataan yang dilakukan oleh staff YPCII, dari 40 rumah di kampung Ipiri, baru 24 rumah (60 %) yang sudah mempunyai PAH pribadi jenis profil tank isi 650 l. Sementara itu, baru 39 % (17 dari 44) rumah di kampung Paripi dan 60 % (24 dari 40) rumah di kampung Yaraya yang sudah mempunyai PAH pribadi. Air dari sumur gali yang umumnya keruh atau berbau lumpur dan kering pada musim kemarau, digunakan untuk keperluan lain seperti mandi dan mencuci. Program MIMIKA Sehat tahap 1 telah melakukan upaya untuk meningkatkan ketersediaan sarana air bersih di Kluster IPAYA dengan melakukan renovasi terhadap sumur gali dan melengkapinya dengan saringan pasir bio
Diare merupakan penyakit dengan jumlah kasus no 2 tertinggi pada semua umur yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika pada tahun 2009, setelah malaria, sedangkan kecacingan menempati posisi ke 7. Kabupaten Mimika juga termasuk kabupaten dengan angka gizi buruk dan kurang no 4 tertinggi (24,4 %) dari 19 kabupaten di Propinsi Papua.
Hasil Survei KPC Survei yang dilakukan oleh PCI bekerjasama dengan LPMAK pada tahun 2008, juga menunjukkan masih tingginya prevalensi penyakit infeksi pada anak. Di daerah pantai, prevalensi ISPA, demam dan diare masing-masing adalah 43,2 %, 37,8% dan 13,5 %; sedangkan di daerah gunung secara berturut-turut angkanya 51,4%, 22,9% dan 28,6 %.
Tujuan Program ini untuk Membangun Inisiatif Masyarakat untuk Hidup Sehat yang dikenal dengan nama lokal setempat sebagai Program Tapare Pararoko mempunyai tujuan akhir menurunkan angka kejadian penyakit yang berhubungan dengan perilaku higiene dan kesehatan lingkungan yang buruk, terutama pada anak balita dan anak usia sekolah, di lokasi proyek di Distrik Mimika Barat, Kabupaten Mimika, Papua-
PILAR 1
PILAR 2
PILAR 3
PILAR 5