Program WASH Subang yang diinisiasi
oleh Sustainable Development Department Aqua Danone merupakan respon perusahaan terhadap
berbagai tantangan yang dihadapi oleh
masyarakat terkait akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan aman serta masih ditemukannya kasus
kekurangan gizi akut dan kronis pada anak Balita.
PT. Tirta Investama Subang, telah bermitra dengan Yayasan Pembangunan
Citra Insan Indonesia (YPCII) selama
4 tahun untuk melakukan intervensi di beberapa
desa di sekitar pabrik, dengan
focus utama Desa Darmaga dan Pasanggrahan. Integrasi program WASH dengan Gizi sudah dilakukan di Desa
Darmaga sejak tahun 2018 dan untuk Desa Pasanggrahan baru dimulai pada tahun 2020.
Program WASH Subang
mempunyai tujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat di Desa Darmaga dan Desa Pasanggrahan, melalui peningkatan akses air minum, pengelolaan sampah rumah tangga,
peningkatan akses sanitasi
dan peningkatan asupan gizi
keluarga. Untuk mencapai tujuan Program, ada 5 ouput (keluaran) yang
harus dihasilkan, yaitu :
1). 100 %
masyarakat di Desa Darmaga dan Desa
Pasanggrahan mempunyai akses terhadap air minum layak dan aman;
2). Terkelolanya sampah rumah tangga secara
mandiri di Desa Darmaga dan Desa Pasanggrahan;
3). Desa Darmaga
dan Desa Pasanggrahan terbebas dari BAB di sembarang tempat dan
menuju sanitasi layak dan aman;
4). Menurunnya kasus Balita
kurang gizi di Desa Darmaga dan Desa Pasanggrahan; dan
5). Terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat di sekitar pabrik.
Pada tahun anggaran 2020, intervensi Program
dilakukan selama periode
Maret-November 2020.
Hasil Akhir :
Ø Akses air minum
sekitar 99,6 % rumah di Desa Pasanggrahan sudah mendapat akses air minum layak dan aman.
Ø Perilaku 5 Pilar STBM
sebagian besar (90,04%) rumah tangga masih menggunakan jamban yang belum layak,
karena tempat pembuangan tinjanya masih berupa lubang
cubluk. Sekitar 5,68% rumah tangga masih BAB sembarangan, baik BABS di
tempat terbuka maupun BABS tertutup (tinja
disalurkan ke tempat
terbuka). Sekalipun sebagian besar (94,9%) keluarga sudah mempraktekkan
cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir,
namun hanya sebagian
kecil (27,7 %) keluarga yang mengetahui
bahwa CTPS harus dilakukan sebelum menyusui atau menyuapi anak dan hanya 35,4% keluarga
yang mengetahui bahwa CTPS harus dilakukan setelah
menceboki anak.
Ø Perilaku pangan aman sehat sudah diterapkan dengan baik oleh sebagian besar masyarakat
di Desa Pasanggrahan. Perilaku tersebut
adalah a). mengkonsumsi air minum air
yang memenuhi syarat kesehatan,
b).menyimpan air yang sudah diolah
atau siap minum dengan aman, c).
menyimpan peralatan pengolah pangan dengan aman, d). menutup/melindungi makanan yang sudah diolah,
dan e). Mencuci bahan pangan sebelum diolah.
Ø Pengelolaan sampah rumah tangga dengan aman baru diterapkan oleh 29% rumah tangga.
Ø Pengelolaan air limbah rumah tangga non kakus dengan
aman hanya diterapkan oleh 19,69% rumah
tangga.
Status Gizi Anak Usia 0-59 bulan dan Ibu Hamil
Ø Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk (underweight) di Desa Pasanggrahan jauh lebih baik (7,7%) dibandingkan dengan angka nasional, yaitu 12,7 % (SDKI, 2018).
Ø Prevalensi anak usia 0-59 bulan yang mengalami
wasting atau kekurangan gizi akut
(2,1%) di Desa Pasanggrahan jauh lebih rendah dari rata-rata
angka nasional yaitu 10,2
% (SDKI, 2018).
Ø Prevalensi anak usia 0-59 bulan yang mengalami stunting atau kekurangan
gizi kronis di Desa Pasanggrahan
(6,6%) jauh lebih baik dari rata-rata prevalensi stunting di Indonesia, yaitu 30, 8 % (SDKI, 2018).
Ø Prevalensi KEK sebesar 9,8 % di Desa Pasanggrahan jauh lebih kecil
dibandingkan rata- rata prevalensi
KEK pada ibu hamil di Indonesia (17,3 %, SDKI 2018). Ibu hamil yang mengalami
KEK akan berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
Pengukuran Antropometri
Monitoring dan Pengukuran Antropometri
Pemilahan Sampah Rumah Tangga
Penimbangan sampah yang sudah dipilah ke petugas TPS
Pendataan berbasis rumah tangga